Serat Arok
23.49
Nomor Kode Naskah : L4. 07, Literature of Java Dr. TH. Pigeaud
vol. I
Ukuran : 34x21,5 cm
Bahan : Kertas Eropa/ Kertas HVS
Aksara : Latin
Bahasa : Jawa
Judul Naskah : Serat Arok
Bentuk Teks : Prosa
Alat Tulis : Tinta
Rubrikasi : Tidak Ada
Sampul Naskah : Sudah dikonservasi
Nama Penyalin : R.Ng. Dr. Poerbatjaraka
Nomor/ halaman : Ada
Penjilidan : Kuras
Iluminasi : Tidak ada
Ilustrasi : Tidak ada
Keadaan Fisik : Baik
Kolofon :
Catatan dibuat oleh R.Ng. Dr. Poerbatjaraka (atau stafnya Wirodat) di
Batavia pada bulan November 1930.
Jumlah Halaman : 5
halaman (37 baris/hlm)
Isi Singkat :
Naskah ini berisi catatan tentang
Serat Arok (Kidung Arok berasal dari Cirebon) yang termuat pada naskahKBG 369.
Catatan tersebut meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan
umum, serta ringkasan alur cerita perpupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Dr.
Poerbatjaraka (atau stafnya Wirodat) di Batavia, pada bulan November 1930;
kemudian pada tahun yang sama, diserahkan kepada Dr. Pigeaud.
Teks yang
diringkas terdiri dari 10 pupuh; berisi tentang rencana pembalasan Adipati
Surabaya terhadap Sri Arok yang telah membunuh Tunggul Ametung. Teks diakhiri
dengan pengembaraan permaisuri Adipati Surabaya dengan putranya yang bernama
Jaran Panulis. Akhirnya Jaran Panulis naik tahta menggantikan ayahnya (Adipati
Surabaya). [3,25].
Riwayat Ken Angrok tertulis dalam
kitab Pararaton atau Katuturanira Ken Angrok. Kitab tersebut ditulis dalam
bentuk prosa pada akhir abad ke XV. Dalam kitab Pararaton diberikan uraian
panjang lebar mengenai asal usul dan masa muda Ken Angrok. Diceritakan bahwa
Ken Angrok lahir atas perzinahan Ken Endok dengan dewa Brahma. Diceritakan pula
mengenai kenakalan Ken Angrok sewaktu mudanya. Lalu dengan perantara seorang
Danghyang Lohgawe Ken Angrok diterima mengabdi pada Tunggul Ametung. Akan
tetapi karena ketamakan dan cintanya terhadap Ken Dedes, istri Tunggul Ametung,
dibunuhlah Tunggul Ametung olehnya. Dengan mengkambinghitamkan temannya.
Singkat cerita Ken Angrok menikahi Ken Dedes dan menjadi maharaja di Tumapel,
setelah menaklukkan negeri Daha terlebih dahulu pada tahun 1169 Šaka.
Kakawin Nãgarakŗtagãma memberikan
keterangan berbeda dengan kitab Pararaton. Dikatakan bahwa pada tahun 1104 Šaka
ada seorang raja yang kelak merupakan pendiri dinasti Rãjasa (Rãjasawangša). Raja
tersebut pada tahun 1144 Šaka berhasil melawan raja Kertajaya dari Kadiri. Kemudian
pada tahun 1170 Šaka raja tersebut mati dan dicandikan di Kagenengan.
Riwayat Ken Angrok, selain dari
kedua sumber tersebut juga terdapat dalam beberapa kidung dan prasasti.
Diantaranya: Kidung Harsa Wijaya (C.C. Berg, “Kidung Harsawijaya”, BKI, 19931,
hlm. 49-138) ; prasasti Balawi dari tahun Šaka 1227 (1305 M); prasasti Kusmala
(Kandangan) dari tahun 1272 Šaka (1350 M); prasasti Mula-Malurung dari tahun
1177 Šaka (1255 M); prasasti Maribong (Trawulan II) dari tahun 1186 Šaka (1264
M).
0 komentar