cerpen: Perempuan dalam Remang Malam

23.00


Perempuan dalam Remang Malam
oleh: Hardianti
Perempuan berbaju putih itu telah lebih dari sepuluh kali turun ke jalanan mencari bayangan anaknya. Rumah tingginya tak mampu melepas hasratnya yang menggebu untuk bertemu anak semata wayangnya,Wedya.
Detik demi detik berlalu. Berpuluh menit telah terlewati. Jam sama sekali tak beranjak dari tugasnya. Semakin lama semakin nyata hasrat perempuan itu tak tercapai.
“ Saodah ayo masuk ke dalam , sejenak lagi nak maghrib ” teriak tetangganya dari kejauhan. Yang ditanya hanya menatap sendu.
“kapan kau pulang anakku?” lirih hatinya.
Perempuan yang dipanggil Saodah itu dengan lemas sholat maghrib. Selepas sholat dia dudukkan pantatnya pada selembar tikar tepat menghadap jendela. Tangan peotnya kukuh memegang terali kayu jendela. Matanya terpejam. Butir-butir bening kompak keluar dari mata senjanya. Mulutnya komat-kamit mendendangkan beberapa pantun.
Jumai lah begawe di ume1
Di pinggang ae ade parang
Wahai anakku yang di hane
Yang tengah belajar di negeri urang
Laken musim cempedak kate busu
Hemek banyak yang nganggu
Taken dak wahai anakku
Emak kangen ken ka anakku
Cube di cube langok manen ae
Mun la di tanem di ulah
Cubelah ka tingok di kebon kite
Puhon yang ka tanem duluk lah bebuah
Lah mun punai yang ke dingen toh
Ade hinggah ke cempedak kite
Puhon rambai yang ka ingen toh
Ape ade uge dak di hane
Ngape dak di retak bae lah
bier die agik pecak ke ume
Ngape ka dak ci pulang lah
Niyan ka gik ngape di hane
Pulanglah emak lah dak kuat agik
Yo kite kumpul hame-hame agik
Malam ini sungguh dingin nian. Bukan ide yang bagus bila harus duduk di depan jendela menantang angin malam yang menggigit. Tapi tidak untuk Saodah, malam dirasakannya tanpa rasa. Pikirannya melayang kemana-mana. Rona kecewa terpancar jelas dari wajah tuanya.
Di helanya nafasnya yang mulai memburu. ” Emak,dak butuh ape lah !”2
Saodah mengingat-ingat apa saja yang telah dilakukan anaknya di luar sana seperti yang ada dalam suratnya. Mengingat itu Saodah segera beranjak menuju lemarinya yang terletak dua meter dari jendela. Dengan hati-hati di raihnya gagang lemari lalu di putarnya. Matanya nanar mendapati isi lemarinya penuh dengan surat dari putrid tersayangnya. Di ambilnya beberapa buah surat. Perlahan Saodah kembali mendudukkan pantatnya pada selembar tikar yang tepat menghadap jendela.
Bulan nampak bulat sempurna. Hanya ada beberapa bintang yang menemaninya. Saodah tak perduli itu. Dalam benaknya hanya ingin mengingat anaknya. Dengan mata berkaca-kaca dibukanya salah satu surat itu.
                                                               


                                                                                                                Ytc. Emak
                                                                                    di Kampung
Assalammualaikum wr.wb
Salam kangen

Wahai, emakku yang saat ini berada jauh dari pandanganku. Namun tak pernah jauh dari hatiku, anakmu ini. Emak, anakmu ini kembali minta maaf. Anakmu ini kembali harus berjuang membela kaum kita yang tak seberuntung kita.
Emak, jika kau mengizinkan anakmu yang lemah ini ingin membela mereka. Izinkan aku,Mak. Izinkan aku untuk mengahapus pedihnya KDRT. Izinkan aku melenyapkan pandangan haram laki-laki tak bermoral. Izinkan aku meyakinkan mereka bahwa kaum kita juga bisa sehebat kaum Adam. Izinkan aku,Mak.
Emak, maafkan anakmu ini yang telah lancang bertindak tanpa memberitahumu terlebih dulu. Tapi percayalah ini semua demi kaum kita.
                                                                        Depok,18 Agustus 2010
Saodah meremas surat itu. Rona sesal kembali terpancar. Di bacanya lagi surat yang masih ada di tangannya. Bersampul biru dengan nama pengirim Wedya Dyah Kustanti.
           
                       
Ytc. Emak
                                                                                                            Di Kampung
Asaalammualaikum wr.wb
Emakku sayang…
Malam ini dingin sekali….
Aku sama sekali tak bisa mengatupkan mataku meski sejenak
Bukan karena aku takut
Tapi lebih dari itu
Orang-orang di atas yang aku tuntut itu….
Orang-orang yang aku lawan itu….
Mereka mulai mengejarku
Satu-persatu teman-teman seperjuanganku di jatuhkannya
Satu – persatu teman-temanku yang katanya seia sekata telah lari dalam ketakutan
Emak malam ini sungguh dingin…..
maafkan aku bila tak bisa pulang ke kampung lagi
Jakarta, Juli 2011
anandamu

Setengah tersentak Saodah tersadar akan sesuatu. Tergesa-gesa di bukanya surat anaknya yang tersisa di tangannya.


Ytc.Emak
Di Kampung
Emak,Minggu depan insya Allah aku akan pulang kampung lewat terminal 34. Tunggu aku Mak.
                                                                        Jakarta, 8 Agustus 2011
                                                                                                Anandamu

Seakan sadar apa arti dari semua kerinduannya. Saodah ngotot minta di antar oleh tetangganya ke terminal 34. Belum sampai satu meter dia keluar dari rumah panggungnya telah terdengar aungan mobil jenazah menuju rumahnya. Selang beberapa menit kemudian terparkirlah mobil jenazah itu tepat di depan pagar rumah panggung Saodah. Seketika pucatlah wajah Saodah.
“Ibu, apa benar ini rumahnya saudari Wedya Dyah Kustanti?” tanya seorang petugas yang baru saja turun dari mobil jenazah itu. Saodah sama sekali tak menjawab. Tetangganya yang menjawab.
“Jadi saudari Wedya Dyah Kustanti ini di temukan tidak bernyawa beberapa jam yang lalu oleh seorang pemulung di belakang toilet Terminal 34. Sama sekali tidak ada tanda-tanda pencurian yang di alami korban. Barang-barang korban masih utuh. Nampaknya korban sedang di incar oleh seseorang yang dendam padanya………”
Belum selesai petugas itu bercerita, Saodah rubuh dalam kerinduannya.
Semua orang berucap “ innalilahi wa inna ilaihi rojiun “ ketika petugas memeriksa tubuh lemas Saodah.

Jumai telah bekerja di kebun1
Di pinggang nya ada parang
Wahai anakku yang di sana
Yang tengah belajar di negeri orang
Sebentar lagi  musim cempedak kata bibi
semak banyak yang mengganggu
Tahu tidak wahai anakku
Emak kangen denganmu anakku
Cobalah bosan memanenya
jika sudah d itanam di ganggu
cobalah kamu lihat di kebun kita
Pohon yang kamu tanam dahulu telah berbuah
Jika burung punai yang kedinginan
Ada singgah ke cempedak kita
Pohon rambai yang kau mau itu
Apa ada juga tidak di sana
Kenapa tidak di ganggu sajalah
biar dia masih bisa ke kebun
kenapa kamu masih belum pulang
memangnya kamu sedang apa disana

Pulanglah emak sudah tidak kuat lagi
Ayo kita kumpul sama-sama lagi

Emak tidak butuh apa-apa2



You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images